'Tuk Bidadariku

Sepenggal episode kisah hidupmu telah berlalu
Ada linangan air mata yang mengharu biru
Membuat wajahmu sembab merangkul ibumu
Ada masa-masa sulit yang menghimpit dan mengganggu
Yang terkadang buatmu mengeluh dan mengaduh pada Rabbmu
Ada saat-saat lapang yang menyapamu
Saat-saat menghela nafas panjang dari kesibukan dan kepenatanmu
Hari ini telah berlalu, esok datang hari yang baru
Semanis madu atau sepahit jamu?
Hanya Dia yang tahu

Masa mengubah si mungil menjadi dewasa
Remaja bahagia yang mulai mengenal cinta
Masa membuat rupa berbeda
Hingga sang cermin tua pun bertanya-tanya
Siapakah permata yang berdiri dihadapannya?
Tak ada polesan yang dulu menghias wajahnya
Bahkan sehelai rambutpun tak menampakkan dirinya

Aduhai malang jiwa yang terseret dan terhempas
Hilang jati diri tanpa bekas
Hidup di bawah bayang-bayang asing yang tak jelas
Bayang-bayang manusia yang meneguk arak bergelas-gelas
Hidup bebas seakan tiada batas

Hidup ini bagai perahu yang berlayar
Ada badai dan ombak yang mengejar
Dilahap, diseret, dan ditampar-tampar
Tapi terkadang manusia hilang sadar
Walau jiwanya penuh luka dan memar
Hingga tubuh terhampar diruang sempit tanpa lebar
Dan satu persatu yang mengantar pun bubar
Barulah tersadar kenapa dulu tak belajar sabar
Kini sakit dirasa dan tubuh harus bergetar menggelepar

Hiasi hati dan benahi diri
Selagi mentari masih menyapa pagi
Tetaplah rendah hati walau segala telah kau miliki
Jadikan hari-hari indah berseri
Dan biarkan hari membawamu pergi menjauhi si gundah hati
Akhirnya … hanya sampai disini pena ini menari
Tak ada kata lagi yang bias kucari, selain ….
Tetap semangat dan jadilah bidadari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar