Islamfobia

Oleh: Prof. Dr.Ja'far Syeikh Idris
Di Barat, banyak orang berbicara tentang suatu penyakit mental yang mereka sebut Islamfobia. Mereka menganggap penyakit ini adalah suatu hal yang baru, padahal ia telah berumur lama, seumur agama-agama samawi. Penyakit ini berupa kebancian atau perasaan takut terhadap Islam tanpa alasan yang jelas. Penyakit ini mendorong para penderitanya untuk mengambil sikap memusuhi Islam dan pemeluknya dengan beragam cara. Sikap memusuhi tersebut antara lain: memfitnah Nabi Saw dan menyifatinya dengan hal-hal yang tak layak untuk diucapkan, mengutip beberapa ayat Al-Quran dan teks hadits dengan memenggalnya dari konteks aslinya, menganggap aksi-aksi terorisme yang dituduhankan kepada sebagian kaum muslim bukan tindakan individual, melainkan kewajiban yang diperintahkan oleh Islam, mengklaim bahwa Islam adalah sebab kemunduran kaum muslimin karena ia menolak sains dan teknologi serta segala hal yang menjadi kebutuhan hidup modern, menuduh Islam sebagai sebab menyebarnya pemerintahan diktator terutama di negara-negara Arab, mengatakan bahwa Islam tidak menghormati perempuan dan menyeru untuk memperlakukannya seperti budak, dan tuduhan-tuduhan lainnya.

Propaganda-propaganda ini menyebabkan banyak umat muslim diperlakukan secara tidak adil sebagaimana warga negara lainnya di negara-negara Barat. Bahkan hal ini juga terjadi pada warga negera Barat sendiri yang beragama Islam. Sampai-sampai kalangan pelajar pun tidak mendapatkan sapaan sewajarnya seperti layaknya terjadi antar sesama pemuda.

Apa Penyebab Semua Ini?
Di antara penyebab kebencian dan permusuhan ini adalah ketidaktahuan sebagian orang tentang Islam, sehingga mereka terpengaruh oleh propaganda-propaganda tersebut. Padahal Islam yang mereka benci atau yang mereka takuti itu bukanlah Islam yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. Agama yang mereka takutkan itu tidak lain hanyalah agama yang digambarkan oleh media-media mereka dan yang dibicarakan oleh para pemimpin mereka.

Salah satu penyebab yang lain adalah kesalahan atau kejahatan yang dilakukan oleh sebagian umat muslim, yang kemudian dinisbatkan kepada agama mereka.

Namun, sebab terbesar pada hakikatnya adalah kebencian sebagian orang terhadap Islam, karena mereka membenci kebenaran. Inilah sebenarnya penyakit kronis yang telah ada pada manusia semejak datangnya agama-agama samawi yang menyeru kepada kebenaran yang nyata. Allah swt berfirman yang artinya: "Demikianlah, tidak seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan: "Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila. Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu? Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas." (QS. Adz-Dzariyat: 52-53)

Semua tuduhan yang mereka lontarkan tidak lain merupakan buah dari penyakit thugyân (tirani/melampaui batas) dalam diri mereka. Mereka tidak pernah saling memesankan hal ini dan tidak butuh untuk saling berpesan seperti ini. Akan tetapi setiap mereka sangat menggandrungi keburukan seperti halnya orang-orang sebelum mereka. Hal ini sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Swt: "…Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa." (QS. Al-Baqarah: 118). Inilah sebuah hukum yang umum tentang mereka.

Selain Al-Quran memeritahukan kepada kita hukum umum tersebut, ia juga memberikan permisalan berupa individu atau umat-umat yang pada mereka hukum ini berlaku. Nabi Nuh As berkata kepada kaumnya: "Apa akan kami paksakan kaian menerimanya, padahal kalian tiada menyukainya?" (QS. Hud: 28). Kaum Tsamud telah didatangkan hidayah kepada mereka, namun mereka "lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk." (QS. Fushshilat: 17). Juga musuh-musuh Nabi Muhammad Saw yang berasal dari bangsa Arab, yang Allah berfirman mengenai mereka "Ataukah mereka tidak mengenal Rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya? Atau (apakah patut) mereka berkata: "Padanya (Muhammad) ada penyakit gila." Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran itu." (QS. Al-Mukminun: 69-70).

Bagaimana Berinteraksi Dengan Mereka?
Kita berusaha mengobati setiap kelompok sesuai penyakit yang mereka derita. Adapun bagi orang yang tidak tahu Islam—dan mungkin merekalah yang mayoritas—hak mereka atas kita (kewajiban kita terhadap mereka) adalah berusaha memberikan pemahaman yang benar tentang Islam, sabar menghadapi mereka, mendengar argumen-argumen dan penolakan mereka serta berdialog kepada mereka dengan cara yang paling baik.

Adapun bagi orang yang kebenciannya terhadap Islam disebabkan oleh kesalahan atau kejahatan yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin, maka kewajiban kita terhadap mereka dan terhadap Islam adalah mengakui kesalahan-kesalahan tersebut dan menyatakan bahwa hal itu memang sebuah kesalahan, dan kita berupaya untuk mengklarifikasi bahwa Agama kita ada kaitannya dengan semua kesalahan itu.

Inilah metode yang Islam ajarkan kepada kita. Ketika sekelompok kaum muslimin memerangi sebuah kafilah kaum musyrikin pada bulan Haram, kemudian kaum musyrikin menggunakan peristiwa tersebut untuk merusak nama baik Islam, Allah berfirman "Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah! "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar." (QS. Al-Baqarah: 217). Demikian Allah Swt—pada permulaan ayat ini—menyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh beberapa orang kaum muslimin yang ikhlas itu, adalah suatu kesalahan besar.

Ketika sebagian orang yang mengaku beragama Islam menuduh seorang Yahudi mencuri, Allah swt menurunkan dua belas ayat dari surat An-Nisa guna membersihkan namanya, yang dimulai dengan firman-Nya, "Sesungguhnya kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi pembela bagi orang-orang yang berkhianat itu (dengan menyalahkan orang yang tidak bersalah)." (QS. An-Nisa: 105). Salah satu dari 12 ayat tersebut adalah firman-Nya yang artinya: "Dan barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata." (QS. An-Nisa: 112).

Demikianlah seharusnya, karena memang misi kita adalah membela kebenaran, bukan membela makhluk. Dan karena berlaku adil bagi kita adalah kewajiban setiap orang, kepada siapapun dan dalam kondisi apapun. Allah Swt berfirman yang artinya: "Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa." (QS. Al-Ma'idah: 8). "Maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun terhadap kerabat(mu)." (QS. Al-An'am: 152).

Adapun orang mengidap penyakit benci terhadap kebanaran, mereka tidak akan pernah rela sampai kita ikut mengingkari kebenaran tersebut, setelah kita mengetahui dan mengimaninya, serta merestui kebathilan mereka, berupa agama Yahudi atau Nashrani yang telah didistorsi, agama sekulerisme yang mengingkari agama-agama samawi, ataupun ajaran-ajaran para penyembah hawa nafsu lainnya. Meraka telah berupaya sekuat tenaga, mengorbankan harta, waktu dan ilmu mereka, bahakan terkadang mengorbankan nyawa mereka demi memerangi kebenaran.

Maka bagaimana berinteraksi dengan mereka? Haruskah kita menanggapi seruan mereka dan ikut menjadi kafir seperti mereka? Tidak, demi Allah. Bahkan penentangan dan kebecian mereka akan semakin menambah keyakinan kita untuk berpegang teguh kepada kebenaran dan mendakwahkannya, sambil berkata kepada mereka: "Matilah bersama kemarahan kalian!" (QS. Ali Imrân: 119), serta keyakinan bahwa semua usaha mereka pasti akan berakhir dengan kegagalan.

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, Kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan." (QS. Al-Anfal: 36). "Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya." (QS. Ash-Shaff: 8)
Walau kita merasa benci terhdap apa yang mereka katakan tentang Islam, dan mengalami berbagai kesulitan dari mereka, namun kita tetap bergembira dengan banyaknya serangan kezaliman terhadap Islam ini. Karena di sanalah kita melihat bukti bahwa kita adalah umat yang hidup dan bahwa dakwah kita telah mulai membuahkan hasil. Sesungguhnya umat yang telah mati, yang tidak memiliki risalah dan aktivitas yang diemban, tidak akan diperhatikan manusia, dan mereka tidak akan sudi meyibukkan diri dengannya karena tidak memiliki pengaruh apapun bagi mereka.

Gencarnya gerakan memerangi Islam, rasa takut kepadanya dan anggapan bahwa ia adalah musuh utama setelah runtuhnya komunisme, merupakan bukti nyata bahwa umat ini adalah umat yang hidup. Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan sebagian dari kita sebagai penyebab hidupnya umat ini, menyebarnya risalah Islam dan menjadi sebab masuknya rasa takut ke dalam diri musuh-musuhnya. Kita juga bergembira dengan hal ini, karena kita tahu bahwa hal tersebut merupakan salah satu cara Allah untuk memenangkan dan menjayakan agama-Nya.

Pada musim haji pertama semenjak nabi Muhammad Saw mengumumkan dakwahnya, musuh-musuh Islam di Mekah merasa ketakutan jika Muhammad Saw dapat mempengaruhi mereka yang menunaikan haji. Merekapun kemudain berpencar di setiap rute-rute haji untuk memperingatkan mereka agar menjauhi Muhammad Saw. Akan tetapi, hal itu justru menjadi penyebab tersebarnya nama beliau. Sehingga tak seorang dari mereka yang kembali dari haji melainkan membawa kabar tentang seorang Pemuda Qurays yang berkata bahwa Allah telah mengutusnya sebagai Rasul.

Inilah yang terjadi pada masa ini. Betapa banyak orang yang tidak tahu apapun tentang Islam, bahakan tak pernah berfikir untuk mengetahuinya, hingga muncullah serangan-serangan terhadap Islam yang akhirnya menarik mereka untuk mengetahuinya. Mereka pun mulai bertanya tentang Islam dan membaca buku-buku seputar Islam, sehingga hal ini menjadi salah satu sebab datangnya hidayah kepada mereka.
Kita sungguh berbahagia karenanya. Sebab, klaim-klaim dusta yang dituduhkan terhadap Agama kita, memberi peluang bagi kita untuk membelanya dan menyuarakan pesan kepada kaum yang sebelumnya tidak sudi mendengar dan peduli kepada kita. Sementara, di antara mereka ada orang-orang yang masih memiliki akal, yang mampu membedakan antara kebenaran yang terang dan kebatilan yang gelap.
Kita juga berbahagia, karena terjun membela Agama ini adalah dalam rangka mengorbankan nilai-nilai yang paling diagungkan oleh Barat. Karena perang terhadap Islam dilakukan atas nama kebebasan, toleransi beragama dan undang-undang internasional. Dan telah terbukti bagi banyak orang—bahkan bagi orang Barat sendiri—bahwa nilai-nilai yang mereka tuhankan itu ternyata dibangun di atas tepian rapuh, sehingga langsung runtuh saat pertama kali berhadapan dengan agama yang benar, yaitu Islam.

Kita juga berbahagia karenanya, karena ia adalah salah satu cara Allah untuk memurnikan barisan kaum muslimin dan membuang kotoran yang ada di dalamnya. Karena sungguh, sebagian orang yang hanya mengaku-aku Islam akan mengalami keraguan, bersahabat dengan musuh dan menyeleweng. Bahkan sebagian dari mereka akan murtad dan menjadi kafir.

Lantas, apakah yang akan kita perbuat terhadap mereka? Akankah kita menangis, meratap dan menyerah dalam kesedihan? Tidak! Bahkan kita akan berkata, "Wahai hamba Allah, teguhkan pendirianmu! Sungguh Allah akan mengganti mereka dengan orang yang lebih baik untuk kalian."

"Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kalian yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barangsiapa mengambil Allah, rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang." (Al-Maidah: 54-56). [Wallâhu a`lam]


Diterjemahkan Oleh Hafidz Al Ma'ari

1 komentar: